BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Jaringan
Syaraf Tiruan Atau Neural Network adalah suatu metode komputasi yang
meniru jaringan Syaraf Biologis. Jadi dengn kata lain Jaringan Syaraf
Tiruan adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak
manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran
pada otak manusia tersebut. Istilah buatan digunakan karena jaringan
syaraf ini diimplementasikan dengan menggunakan program computer
yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses
pembelajaran
Dalam
makalah ini akan sedikit di ulas mengenai jaringan Syaraf Tiruan
bagai mana sejarahnya, algoritma yang dugunakan serta perbandingannya
dengan jaringan Syaraf Biologis
Pokok Bahasan
Adapun pokok bahasan dalam makalah ini adalah
- Otak Manusia (Jaringan Biologis)
- Sejarah Jaringan Syaraf Tiruan
- Komponen Jaringan Syaraf Tiruan
BAB II
Pembahasan
Otak Manusia
Pembuatatn
struktur jaringan syaraf tiruan diilhami oleh struktur jaringan
biologis, khususnya otak manusia. Neuron adalah suatu unit terkecil
dari otak manusia. Bentuk sederhanadari sebuah neuron yang oleh para
ahli dianggap satuan unit pemroses tersebut di gambarkan sebagai
berikut:
Gambar : Struktur dasar jaringan syaraf tiruan dan struktur
sederhana sebuah neuron
Gambar
diatas adalah bentuk dasar satuan unit jaringan otak manusiayang
disederhanakan. Jaringan otrak manusia tersusuntidak kurang dari 1013
buah neuron yang masing-masing terhubung oleh 1015 buah
dendrite. Fungsi dendrite adalah sebagai penyampai sinyal dari neuron
tersebut ke neuron yang terhubung dengannya. Sebagai keluaran, setiap
neuron memiliki axon, sedangkan sebagai penerima sinyal disebuta
synapse.
Secara
umum jaringan syaraf terbentuk dari jutaan bahkan lebih struktur
dasar neuron yang terinterkoneksi dan terintegrasi antara satu
dengan yang lain sehingga dapat melaksanakan aktifitas secara teratur
dan terus menerus sesuei dengan kebutuhan.
Sejarah
Jaringan
saraf tiruan diperkenalkan secara sederhana pada
tahun 1943 oleh McCulloch dan Pitts [Fausett; 1994]. Pada saat itu
McCulloch dan Pitts melalui beberapa komputasi menggunakan
neuron-neuron sederhana dapat mengubahnya menjadi sebuah sistem baru
(disebut sistem neural) yang mempunya kemampuan komputasi
yang lebih baik. Selain itu McCulloch dan Pitts juga mengusulkan
pemberian bobot dalam jaringan yang dapat diatur untuk melakukan
fungsi logika sederhana. Beliau-beliau ini menggunakan semacam fungsi
aktivasi threshold.
Pada
tahun 1958, Rosenblatt beserta Minsky dan Papert mulai mengembangkan
model jaringan yang disebut dengan perceptron. Dalam model
ini mereka mencoba untuk mengoptimalkan hasil iterasinya. Kemudian
pada tahun 1960 Widrow dan Hoff mengembangkan model perceptron ini
dengan memperkenalkan aturan pelatihan jaringan yang disebut aturan
delta (sering juga disebut kuadrat rata-rata terkecil).
Aturan tersebut akan mengubah bobot perceptron apabila keluaran yang
dihasilkan tidak lagi sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal
inilah yang menyebabkan komputer dapat “belajar” dengan
sendirinya; kecepatan belajar dapat diatur dengan menggunakan
parameter tertentu.
Perkembangan
selanjutnya dibuat oleh Rumelhart (1986) dengan mencoba mengembangkan
sistem layar tunggal (single layer) pada perceptron menjadi
sistem layar jamak (multilayers), yang kemudian disebut
dengan sistem backpropagation. Setelah itu, muncul beberapa
model jaringan saraf tiruan lain yang dikembangkan oleh Kohonen
(1972), Hopfield (1982), dan lain-lain
Jaringan Syaraf Tiruan
Jaringan
syaraf tiruan atau neural network adalah suatu metode komputasi yang
meniru system jaringan biologis. Metode ini menggunakan elemen
perhiuungan non-linear dasar yang disebut neuron yang diorganisasikan
sebagai jaringan yang saling berhubungan, sehingga mirip jaringan
syaraf manusia.
Jaringan
syaraf tiruan dibentuk untuk memecahkan suatu masalah tertentu
seperti pengenalan pola atau klasifikasi karena proses pembelajaran.
Layaknya neuron biologis, Jaringan Syaraf tiruan ,erupakan system
yang bersifat “fault tolerance” dalam dua hal. Pertama,
dapat mengenali sinyal input yang agak berbedadari yang diterima
sebelumnya sebagai contoh, seseorang dapat mengenali wajah orang
lain yang pernah dilihat di foto atau dapat mengenali seseorang yang
wajahnya agak berbeda Karena lama tidak bertemu. Kedua , etap mampu
bekerja meskipun beberapa neuronnya tidak mampu bekerja dengan baik.
Jika sebuah neuron rusak, neuron lain dapat dilatih untuk
mrnggantikan fungsi neuron yang rusak tersebut.
Jaringan
Syaraf Tiruan (JST) bertujuan untuk meniru kemampuan manusia dalam
beradaptasi dengan lingkungannya dan belajar dari pengalaman.
Jaringan ini terdiri dari banyak simpul (node)
pemroses yang dianalogikan dengan neuron
pada otak. Proses matematis yang ada dalam jaringan ini juga
merupakan pendekatan pada cara kerja otak. Inti dari proses
pembelajaran pada Jaringan Syaraf Tiruan adalah untuk meminimumkan
error antara keluaran sistem dengan keluaran JST.
Dalam
proses kerja JST, kemampuan kerjanya paling dipengaruhi oleh proses
belajarnya. JST harus menyesuaikan bobot-bobot untuk melakukan
pengolahan terhadap sinyal-sinyal masukannya. Kemampuan untuk
menyesuaikan bobot-bobot itulah yang menentukan kemampuannya dalam
belajar. Penyesuaian harga bobot-bobot itu biasa dilakukan dengan
cara memperbaharuinya dalam setiap iterasi sampai bobot-bobot yang
paling sesuai dicapai.
Arsitektur Jaringan Saraf Tiruan
Model
JST yang digunakan adalah JST Diagonal Recurrent Neural Network
(JST DRNN). Struktur JST DRNN ini dapat dilihat pada Gambar 2 - 1.
dimana terdapat aksi umpan balik di lapisan tersembunyinya. Informasi
berupa umpan balik ini diberikan supaya model kaya akan informasi
dinamik dari sistem.
Gambar 1.: Struktur
Diagonal Recurrent Neural Network
Pada
gambar 2 – 1, input ditunjukkan dengan Ik(n) dan z(n).
Wjk10, WjZ, Wj11,
Wj1b, Wj21, Xj(n),
dan Y(n) secara berurutan menunjukkan bobot masukan 1, masukan 2,
diagonal, bias, output, keluaran lapisan hidden, dan keluaran
JST.
Model
matematik dari arsitektur DRNN tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut
(2.1)
Sj(n)
adalah penjumlahan dari perkalian input dengan masing-masing bobotnya
dan bobot bias.
(2.2)
di
mana f adalah fungsi aktivasi dengan
0 ≤
k ≤ N, N jumlah neuron lapisan masukan
0 ≤
j ≤ M, M jumlah neuron lapisan tersembunyi
(2.3)
Y(n)
adalah penjumlahan dari perkalian bobot output dan output lapisan
sebelumnya pada setiap node.
Fungsi
aktivasi f menyatakan bagaimana aktivitas dari neuron-neuron
JST dalam menghasilkan keluara. Dalam JST, semua neuron dalam
lapisan yang sama memiliki fungsi aktivasi yang sama juga. Ada
beberapa tipe fungsi aktivasi yang banyak dipakai dalam pemodelan
JST.
- Fungsi logsigmoid (2.4) yang berharga antara 0 dan 1
- Fungsi tansigmoid (2.5) Yang berharga antara -1 dan 1
- Fungsi linier/purelin (2.6)
Beberapa
aspek yang mempengaruhi hasil identifikasi menggunakan JST antara
lain
- Jumlah pasangan data training yang digunakan
- Arsitektur jaringan
- Fungsi aktifasi
- Algoritma pembelajaran
- Pemilihan input JST
- Kecepatan belajar (learning rate)
- Waktu delay dari sistem
Pemodelan dan Pengontrolan Menggunakan JST
JST dapat digunakan untuk memodelkan ataupun mengontrol suatu sistem,
tetapi diperlukan nilai bobot-bobot tertentu pada JST. Oleh karena
itu diperlukan pembelajaran terhadap bobot awal agar bobot tersebut
konvergen menuju suatu nilai tertentu yang dapat merepresentasikan
atau mengontrol plant.
Terdapat berbagai proses pembelajaran yang dapat diterapkan pada
Jaringan Syaraf Tiruan, seperti algoritma pembelajaran
Backpropagation-error (BP) , Random Search Method (RSM),
Kalman Filter (KF), Extended Kalman Filter (EKF) dan
beberapa algoritma pembelajaran lainnya.
Dikarenakan pada praktikum ini ditekankan pada pemahaman dan aplikasi
dari konsep JST, maka metode pembelajaran ini tidak dibahas dalam
praktikum ini.
0 comments:
Post a Comment